Mengapa Penjelasan Tender Perlu Disampaikan ke Publik?
Menjelaskan proses tender kepada publik bukan sekadar kewajiban administratif – ini bagian dari tata kelola yang baik. Ketika pemerintah atau lembaga publik mengadakan tender (proses memilih penyedia barang/jasa), ada dana publik, risiko kegagalan proyek, dan harapan masyarakat bahwa penggunaan anggaran dilakukan secara jujur dan efisien. Oleh sebab itu, keterbukaan komunikasi penting: memberi informasi yang tepat membantu mencegah rumor, menumbuhkan kepercayaan, dan memudahkan pengawasan publik.
Publik punya hak tahu, tapi bukan semua publik memahami istilah teknis pengadaan. Itulah tantangannya: menyampaikan informasi yang benar, cukup, dan mudah dimengerti. Salah ucap atau istilah yang keliru bisa berujung salah tafsir, tuduhan manipulasi, atau kritikan tajam di media sosial. Contoh sederhana: jika seorang pejabat menyebut “penunjukan langsung” tanpa menjelaskan konteks darurat, publik bisa mengira ada nepotisme padahal prosedur itu dipakai untuk alasan tertentu yang sah. Maka komunikasi harus hati-hati dan direncanakan.
Selain itu, menjelaskan tender ke publik membantu menekan peluang kecurangan. Publikasi informasi kunci (jadwal, pemenang tender, ringkasan kontrak) membuat proses lebih transparan dan memudahkan auditor atau media menemukan kejanggalan sejak awal. Transparansi bukan berarti membuka semua rincian (beberapa data sensitif tetap harus dilindungi), melainkan memberikan gambaran yang cukup agar masyarakat bisa memahami proses dan hasilnya.
Ada juga aspek reputasi institusi. Lembaga yang rutin memberi penjelasan yang jelas dan tepat waktu dipandang profesional dan dapat dipercaya. Sebaliknya, lembaga yang bungkam atau sering salah bicara akan dipertanyakan integritasnya, meskipun proses pengadaannya sudah benar. Jadi, kemampuan berkomunikasi adalah bagian dari kompetensi tata kelola modern – sama pentingnya dengan kemampuan menyusun dokumen lelang.
Singkatnya: menjelaskan tender ke publik penting untuk akuntabilitas, pencegahan penyalahgunaan, dan membangun kepercayaan. Namun penjelasan itu harus disampaikan dengan hati-hati, mengutamakan bahasa sederhana, memetakan apa yang boleh dan tidak boleh diketahui publik, serta menyiapkan pesan kunci sebelum tampil ke media atau forum publik.
Tantangan Utama dalam Menyampaikan Informasi Tender
Menjelaskan proses tender memang menantang. Pertama, prosesnya teknis dan berlapis: ada perencanaan, RUP, kualifikasi, evaluasi teknis dan harga, klarifikasi, penetapan pemenang, kontrak, hingga pelaksanaan. Bagi orang awam, rangkaian ini terasa rumit. Jika penjelasan tidak disederhanakan, publik bisa kebingungan dan salah memahami maksudnya.
Kedua, ada istilah yang mudah menimbulkan salah tafsir. Kata seperti “penunjukan langsung”, “evaluasi teknis”, “negosiasi harga”, atau “kriteria kelayakan” perlu dijelaskan secara sederhana. Misalnya, “penunjukan langsung” bisa dikatakan sebagai “proses pembelian yang dipercepat karena kondisi darurat dan dibatasi oleh aturan”, bukan sekadar “pilih langsung siapa saja”. Kesalahan istilah sering memicu tuduhan manipulasi.
Tekanan waktu dan politik juga memengaruhi cara penyampaian. Saat isu sensitif seperti proyek besar atau pengadaan darurat muncul, publik dan media mendesak jawaban cepat. Tekanan ini sering membuat pejabat terburu-buru dan mengatakan hal yang kurang tepat. Oleh itu, perlu keseimbangan antara kelajuan merespons dan kehati-hatian dalam memilih kata.
Satu tantangan lain adalah membedakan antara fakta dan opini. Pejabat yang mewakili lembaga harus menyampaikan fakta yang diverifikasi. Memberi opini pribadi atau spekulasi saat diminta penjelasan dapat mengaburkan garis tanggung jawab dan menambah kebingungan. Contoh: menilai penawaran “kurang kompetitif” tanpa data perbandingan bisa menjadi celah kritik, sementara menjelaskan metrik evaluasi (bagaimana skor teknis dihitung) lebih aman.
Akhirnya, media menghadirkan risiko “clip and paste”: kutipan singkat diambil dari pernyataan panjang dan diputar dalam konteks lain. Oleh karena itu, narasi harus ringkas, terstruktur, dan mudah dikutip tanpa kehilangan makna. Menyiapkan pesan inti (key messages) dan contoh kalimat aman membantu mencegah salah ucap dan interpretasi keliru.
Prinsip Dasar Komunikasi Aman dalam Pengadaan
Ada beberapa prinsip sederhana tapi kuat yang membantu setiap pejabat atau panitia saat menjelaskan tender ke publik: jelas, terukur, aman, dan etis.
Jelas: sampaikan inti dulu – apa yang publik perlu tahu saat ini? Misalnya: “Proses tender ini sedang dalam tahap evaluasi teknis; pada 10 Mei akan diumumkan pemenang.” Inti dulu, detail kemudian. Hindari jargon; jika terpaksa gunakan istilah teknis, berikan definisi singkat.
Terukur: berikan fakta yang dapat diverifikasi (tanggal, tahapan, indikator). Hindari spekulasi. Bila belum ada data, sebutkan bahwa informasi sedang diverifikasi dan tentukan kapan publik bisa mendapatkan update.
Aman (privacy & commercial sensitivity): tidak semua informasi boleh dibuka – misalnya data pribadi peserta, rincian harga tender pihak lain jika dilindungi aturan, atau informasi yang bisa merugikan posisi tawar. Pahami peraturan keterbukaan informasi di lingkungan masing-masing dan pastikan humas tahu batasannya.
Etis: jaga netralitas, jangan memberikan kesan memihak. Hindari frasa yang mengintimidasi atau menuduh pihak tertentu. Sampaikan komitmen lembaga terhadap prinsip fairness dan akuntabilitas.
Praktik: siapkan tiga pesan utama (three key messages) sebelum berbicara. Contoh pesan: (1) Tahap saat ini dan jadwal; (2) Kriteria evaluasi yang dipakai; (3) Cara publik/penyedia mengajukan keberatan atau pertanyaan. Kalau ada pertanyaan sensitif yang tidak bisa dijawab, gunakan kalimat aman seperti: “Pertanyaan itu valid; saat ini kami sedang verifikasi data dan akan merespons secara resmi melalui kanal yang ditetapkan pada tanggal X.”
Selain itu, siapkan bahasa fallback untuk menjawab pertanyaan yang bisa memicu salah paham. Contoh safe phrase: “Untuk menjaga integritas proses, kami akan menindaklanjuti pertanyaan itu melalui mekanisme resmi dan mengumumkan hasilnya secara terbuka.” Kalimat ini menenangkan publik tanpa mengungkap hal yang tidak semestinya.
Strategi Komunikasi Efektif Saat Menjelaskan Tender
Strategi komunikasi sebelum, saat, dan setelah penjelasan membantu mengurangi risiko salah ucap. Pertama, persiapan pesan: tentukan apa yang harus disampaikan (fakta) dan apa yang boleh dikatakan kemudian (detail sensitif). Buat daftar “do & don’t” singkat.
Kedua, paketkan informasi: gunakan struktur singkat – pembuka (status & tanggal penting), inti (apa yang berubah atau perlu diketahui), dan penutup (langkah selanjutnya & kanal informasi). Struktur ini memudahkan publik mengikuti dan media mengutip tanpa memenggal konteks.
Ketiga, gunakan analogi sederhana untuk menjelaskan proses kompleks. Misalnya, jelaskan proses evaluasi layaknya “penilaian ujian”: ada kriteria (materi), nilai teknis dan harga digabung, lalu pemenang adalah yang paling memenuhi syarat. Analogi membantu publik yang bukan ahli memahami logika di balik keputusan.
Keempat, jawab pertanyaan publik dengan teknik bridging: bila ditanya hal sensitif, jawab bagian yang aman lalu jembatani kembali ke pesan utama. Contoh: “Saya paham kekhawatiran tentang harga. Yang bisa saya sampaikan sekarang adalah bahwa kami menggunakan studi pasar sebagai acuan; detail harga tiap penawaran dilindungi aturan dan akan diumumkan sesuai prosedur.”
Kelima, latih skrip singkat untuk pertanyaan umum: kapan pengumuman, bagaimana mekanisme sanggahan, dan bagaimana publik mengakses dokumen. Latihan membantu menjaga konsistensi dan mengurangi improvisasi berisiko.
Keenam, kontrol medium: pilih tempat dan cara penyampaian sesuai audiens. Siaran pers untuk info besar; sesi Q&A daring untuk menjawab publik; konferensi pers untuk isu sensitif agar jawaban tercatat. Dalam setiap medium, tentukan siapa juru bicara resmi agar pesan konsisten.
Terakhir, pastikan tindak lanjut: setelah penyampaian, unggah ringkasan ke website/humas dengan format FAQ singkat. Ini mengurangi terjadinya pertanyaan berulang dan memberi bukti publik tentang apa yang sudah dijelaskan.
Peran Media dan Humas dalam Mengelola Informasi Tender
Bagian humas (public relations) adalah mitra strategis bagi panitia pengadaan. Humas membantu menyusun pesan, memilih kanal yang tepat, dan menangani pertanyaan media yang bisa menyulitkan. Ketika panitia bekerjasama erat dengan humas, risiko salah ucap berkurang karena ada proses review pesan dan penentuan kebijakan pengungkapan.
Kunci pertama adalah koordinasi: sebelum jumpa pers atau pernyataan publik, lakukan briefing singkat antara panitia teknis dan humas. Panitia menjelaskan fakta teknis; humas mengemasnya ke bahasa publik. Hasilnya: pesan yang akurat sekaligus mudah dipahami.
Kedua, siapkan materi tertulis (press release, Q&A, satu lembar factsheet) yang bisa dibagikan. Materi ini menyederhanakan kutipan media dan mengurangi liku-liku interpretasi. Sertakan juga kontak humas untuk pertanyaan lanjutan sehingga media tidak menggali informasi yang belum diverifikasi.
Ketiga, latih menghadapi pertanyaan “menjebak”. Wartawan sering menanyakan hal yang memancing reaksi emosional. Humas dan panitia harus berlatih menjawab dengan teknik bridging dan safe phrases. Contoh: ketika ditanya soal kemungkinan korupsi, jawab: “Kami mematuhi aturan pengadaan dan diawasi. Untuk tuduhan spesifik, mohon ajukan bukti agar kami bisa tindaklanjuti secara resmi.”
Keempat, manfaatkan media sosial dengan bijak. Postingan singkat yang menjelaskan status proses, tautan ke dokumen resmi, dan tanggal penting sangat membantu publik. Namun hati-hati: komentar publik bisa berkembang jadi narasi negatif. Siapkan tim yang ready untuk menanggapi pertanyaan sederhana dan rujuk isu rumit ke kanal resmi.
Kelima, rekam dan arsipkan: media kit, rekaman konferensi pers, dan Q&A harus disimpan dan diunggah ke portal agar bisa dirujuk kemudian. Ini menjadi bukti komunikasi yang dilakukan lembaga.
Dengan peran humas yang aktif, proses komunikasi menjadi lebih terstruktur, transparan, dan tahan terhadap salah tafsir. Humas bukan sekadar “juru tulis”, tetapi mitra strategis untuk menjamin pesan publik konsisten dan profesional.
Keterampilan Public Speaking bagi Panitia Pengadaan
Seorang panitia pengadaan yang berbicara di depan publik memerlukan keterampilan public speaking yang praktis: kejelasan kata, pengendalian nada, dan kemampuan merespons pertanyaan. Beberapa poin latihan yang mudah dilakukan:
- Siapkan poin utama (3 key messages). Ulangi pesan inti selama penjelasan sehingga publik mudah mengingat.
- Berbicara perlahan dan jelas. Jangan terburu-buru. Kecepatan bicara yang moderat membantu audiens paham dan media mengutip tanpa salah tafsir.
- Gunakan bahasa sederhana. Ganti istilah teknis dengan penjelasan ringkas. Contoh: “evaluasi teknis” bisa dijelaskan sebagai “penilaian apakah penawaran memenuhi standar kualitas dan fungsi yang kami butuhkan.”
- Kontrol bahasa tubuh. Postur terbuka dan kontak mata (atau pandangan ke kamera) memberi kesan percaya diri dan jujur. Hindari gestur yang terlihat defensif.
- Latihan Q&A. Simulasi pertanyaan sulit dan latih teknik bridging. Rekam latihan untuk evaluasi diri.
- Siapkan “one-liner” untuk isu sensitif. Frasa aman yang sudah disepakati memudahkan respon cepat tanpa salah ucap. Misalnya: “Kami hargai perhatian publik; kami akan meninjau isu itu secara resmi dan memberikan jawaban tertulis pada tanggal X.”
Public speaking juga soal integritas: jangan mengobral janji. Bila belum dapat menjawab, lebih baik terbuka mengatakan perlu verifikasi dan kapan jawaban akan tersedia. Kejujuran singkat ini membangun kepercayaan jauh lebih efektif daripada klaim yang salah.
Menangani Kesalahan Ucap dan Klarifikasi Pasca Pernyataan
Salah ucap bisa terjadi siapa pun. Kunci adalah respons cepat, jujur, dan sistematis. Langkah praktis:
- Segera akui bila salah. Ungkapkan bahwa pernyataannya kurang tepat dan Anda akan memberikan klarifikasi. Contoh: “Terima kasih, ada kekeliruan dalam pernyataan saya sebelumnya; berikut klarifikasinya…” Pengakuan cepat menurunkan eskalasi.
- Sediakan klarifikasi tertulis. Unggah pernyataan koreksi di situs resmi dan kirim ke media. Dokumen tertulis mengurangi interpretasi berbeda.
- Jelaskan konteks, bukan beralibi. Jelaskan mengapa terjadi salah ucap (misalnya data belum lengkap), tapi jangan mencari kambing hitam. Fokus pada fakta baru yang benar.
- Tindakan perbaikan. Bila salah ucap mempengaruhi keputusan atau proses, jelaskan langkah konkret yang diambil (verifikasi ulang, penundaan pengumuman, audit internal).
- Belajar dan catat. Gunakan insiden untuk memperbaiki SOP komunikasi – misal menambah review pesan oleh humas sebelum publikasi.
Prinsip utama: respons cepat tapi hati-hati. Jangan menutup diri; keterbukaan koreksi adalah bukti integritas.
Membangun Budaya Keterbukaan dan Komunikasi yang Bertanggung Jawab
Komunikasi tentang tender yang berhasil bukan hanya soal teknik berbicara sekali dua kali, melainkan soal budaya. Lembaga perlu membangun rutinitas: briefing sebelum pengumuman, koordinasi panitia-humas, template Q&A, dan arsip komunikasi. Latihan reguler untuk skenario krisis dan peninjauan pasca-kegiatan memperkuat kapasitas.
Pelatihan komunikasi harus menjadi bagian dari pengembangan SDM pengadaan: tidak hanya teknis lelang, tapi kemampuan menyampaikan informasi ke publik. Kepemimpinan juga penting: pimpinan yang konsisten membuka informasi memberi tone yang positif bagi organisasi.
Penutup
komunikator publik harus memandang transparansi sebagai investasi jangka panjang. Penjelasan yang dilakukan dengan hati-hati membangun kepercayaan yang tak ternilai, yang pada akhirnya memudahkan pelaksanaan proyek, menarik penyedia berkualitas, dan mengurangi konflik. Dengan budaya ini, salah ucap bisa diminimalkan, dan ketika masih terjadi, organisasi punya mekanisme perbaikan yang cepat dan terhormat.







